Menu Tutup

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Model Problem Based Learning dalam Memproduksi Berita

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang digencarkan tentang pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Artinya, pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, terutama dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penerapan kurikulum merdeka yang menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan minat, gaya bahasa, kondisi, dan lingkungan belajar peserta didik. Dalam kurikulum merdeka terdapat pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Projek penguatan profil pelajar Pancasila ditekankan untuk membentuk karakter peserta didik, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Agar tujuan tersebut tercapai, maka pendidik harus bisa menerapkan pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan teknik pembelajaran yang mana pendidik menggunakan berbagai metode untuk memenuhi kebutuhan individual peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka. Setiap hari, pendidik dihadapkan dengan peserta didik yang memiliki keberagaman. Pendidik tidak mungkin bisa menerapkan berbagai model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan semua peserta didik dalam satu kali pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik harus menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran yang menerapkan model berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan semua peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk merespons kebutuhan peserta didik dalam belajar yang berbeda-beda, meliputi kesiapan belajar, minat, potensi, atau gaya belajarnya. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dapat berproses dalam pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan, minat, potensi, gaya belajar, bahkan lingkungan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdiferensiasi konten, proses, dan produk.

Model pembelajaran problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mengenalkan peserta didik terhadap suatu masalah kemudian peserta didik harus dapat memecahkan masalah tersebut secara berkelompok. Peserta didik harus berpikir kritis dan unik dalam memecahkan masalah secara berkelompok atau berkolaborasi. Peserta didik dituntut aktif dalam model pembelajaran tersebut. Pendidik hanya sebagai fasilitator. Adapun langkah model pembelajaran meliputi proses orientasi peserta didik dengan permasalahan, mengorganisasi peserta didik ke dalam kelompok, proses penyelidikan dan pengembangan masalah, menyimpulkan jawaban permasalahan, dan memepresentasikan serta mengevaluasi hasil atau produk.

Memproduksi berita adalah salah satu capaian pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik pada fase D dalam elemen menulis. Capaian pembelajaran tersebut yaitu peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan, atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Dalam hal ini terkait dengan keterampilan memproduksi berita. Melalui keterampilan memproduksi berita, peserta didik diharapkan mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan, atau pesan tertulis yang ditemukan dalam peristiwa-peristiwa aktual dan faktual di lingkungan sekitar dengan tujuan menyampaikan informasi secara logis, kritis, dan kreatif.

Pembelajaran memproduksi berita menerapkan pembelajaran berdiferensiasi konten, yaitu dalam penggunaan media pembelajaran. Pendidik memanfaatkan media audiovisual dan teks untuk memberikan orientasi kepada peserta didik tentang permasalahan. Sesuai dengan sintak model PBL. Pemanfaatan media yang berbeda bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam membandingkan unsur-unsur, struktur, dan kaidah kebahasaan berita sehingga peserta didik dapat merumuskan berita yang baik dan benar. Langkah selanjutnya, pendidik mengorganisasi peserta didik ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tema berita yang disukai peserta didik. Pengorganisasian ini bertujuan agar peserta didik dapat berkolaborasi dan bekerja sama dalam menentukan sumber berita. Setelah itu, dalam kelompok peserta didik menentukan unsur-unsur berita 5W+1H. Dalam proses pembelajaran ini diterapkan pembelajaran berdiferensiasi proses, yaitu peserta didik dapat menentukan sumber berita yang mereka suka sesuai tema melalui beragam cara, yaitu boleh melalui observasi dan wawancara langsung di sekitar lingkungan belajar, bisa juga mencari sumber berita di gawai melalui aplikasi Facebook, Instagram, Google, atau surat kabar di sekolah. Dengan demikian, peserta didik memiliki kebebasan untuk bereksplorasi mencari informasi yang sesuai dengan keinginan mereka.

Adapun langkah selanjutnya, peserta didik menyusun kerangka berita sesuai dengan unsur 5W+1H. Setelah itu, secara berkelompok, peserta didik memproduksi berita berdasarkan kerangka berita yang telah disusun dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan berita yang tepat. Peserta didik memproduksi berita dalam berbagai bentuk produk sesuai dengan kesepakatan kelompok. Hasil produk berita boleh dalam bentuk berita di akun Instagram, Facebook, boleh juga dibuat menggunakan Canva, presentasi langsung, video, maupun ditulis tangan. Pemanfaatan berbagai aplikasi mencerminkan pembelajaran abad 21 yang berbasis TPACK. Di samping itu, adanya diferensiasi produk berita yang dihasilkan peserta didik dapat meningkatkan semangat, kreativitas, inovasi, dan tentunya ini menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Peserta didik sangat aktif dan antusias mengikuti pembelajaran yang menyenangkan karena diberi kebebasan dalam berkarya untuk memproduksi berita.

Pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) melalui media audiovisual dan teks sangat cocok digunakan dalam memproduksi berita. Hal ini terlihat pada semangat peserta didik ketika mengikuti pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, terdapat 90% peserta didik yang menyatakan senang dan semangat mengikuti pembelajaran, 90% siswa aktif dalam kegiatan diskusi, dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam memproduksi berita sebesar 88,5. Terjadi peningkatan nilai keterampilan memproduksi berita peserta didik sebesar 25,5 dari nilai rata-rata pada prasiklus adalah 63. Selain itu, pembelajaran juga menjadi berkesan karena peserta didik dapat menghasilkan berbagai produk berita sesuai dengan media yang diinginkan. Hal ini juga terlihat dari refleksi peserta didik usai pembelajaran. Peserta didik menyatakan pembelajaran memproduksi berita sangat berkesan karena menyenangkan, menjadi lebih paham, jelas, dan seru. Jadi, keterampilan peserta didik dalam memproduksi berita secara tepat dapat meningkat melalui pembelajaran berdiferensiasi dengan model problem based learning.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *